Jumat, 08 Maret 2013


SELINGKUH?!

“Ugh! Raka nyebelin”, gerutu Fada pada Rico, sahabatnya. “Bayangin deh, Ric, 2 hari lagi gue ulangtahun, dia malah ngilang ga jelas gini”, lanjutnya. “Yaudah, biarin aja lagi. Toh dia pergi ama sodara-sodaranya. Wajar kali, Fad, mereka kan jarang bisa kumpul-kumpul kayak sekarang. Jadi urusan pacar dan lainnya ditinggalin dulu”, tanggap Rico sambil membaca majalah bola di kamar Fada.
“Argh! Lo juga nyebelin! Nyantai amat sih?! Gue kan lagi galau. Hibur kek, beliin es krim ato coklat gitu”, ngambek Fada, masih tertuju pada Rico. “Ya ampun, bilang aja laper, pengen ditraktir”, ucap Rico. Fada hanya cemberut saja.
Beberapa menit kemudian, mereka berjalan menuju Café Lolly, menyediakan semua jenis permen, es krim, dan coklat. Tempat yang paling disukai 3 sahabat itu untuk hang out. Rico dan Fada duduk di sebelah jendela, melihat rerumunan kendaraan yang berseliweran di jalan.
“Gimana dong, Riic? Gue pengen tau keadaan Raka sekaraaang”, rengek Fada. “Yaudah coba sms kalo nggak sekalian telepon aja sekarang. Tapi, jangan salahin gue kalo dia merasa terganggu”, usul Rico. “Yaah, Rico, nanti kalo dia keganggu beneran gimana?”, tanya Fada. ‘Ya lo nggak usah sms dia, Fad”, kata Rico sambil menyendok es krimnya. “Tapi gue pengen sms Rakaa”, rengek Fada lagi. “Lo jadi cewek ribet banget sih. Sini gue sms-in”, komen Rico sambil mengambil hape Fada dari genggaman sang pemilik. Fada menurut.
20 menit ber lalu, es krim yang mereka pesan sudah habis, tetapi balasan dari Raka belum juga datang. “Rakaaa, napa ga bales sms guee?”, geram Fada. “Itu sms gue kali, tapi pake hape lo”, Rico berusaha bercanda. “Nggak lucu bangeet. Apa gue coba telepon aja, Ric?”, usul Fada. “Itu kan usul gue tadii”, gantian Rico yang geram.
Tuut tuuut ..
“Ga dijawab, Ric”, kata Fada cemas. “Coba lagi. Eh, jangan lupa di speaker. Gue juga kangen denger suaranya”, ucap Rico, langsung dilaksanakan Fada
Tuut tuut .. klek
            “Halo?”, jawab suara di telepon, suara cewek. “Emm, halo. Ini siapa yah?”, tanya Fada bingung, kenapa cewek yang angkat?, batinnya. “Hello! Lo yang nelpon napa lo yang tanya?”, jawab cewek itu dengan suara kecentilan. “Sorry, tapi ini bener numbernya Raka, kan?”, tanya Fada lagi. “Iya, ini numbernya Raka dan gue pacarnya. Raka sayaaang banget sama gue. Gue juga sayang sama Raka. Ngapain lo nelpon pacar gue?”, jawab cewek itu lagi, membuat shock Fada dan Rico. dengan cepat Fada mematikan panggilan tersebut.
            “Napa lo matiin? Lo kan bisa bantah dia, Fad?”, kata Rico sambil menoleh Fada, tapi Fada terlanjur menangis. “Huhuhuhu. Kok Raka jahat banget sih, selingkuh dibelakang gue. Huhuhuhu. Katanya dia setia, setia apaan? Raka bullshit. Huhuhuhu”, tangis Fada kemudian berlari keluar café, meninggalkan Rico sendirian. ‘Eh, Fad. Kita harus dengerin penjelasan Raka dulu. Jangan buruk sangka gitu”, ujar Rico bersiap mengejar Fada. “Sial, gue belum sempet beli pulsa”, umpat Rico. “Mas, bayarnya?”, hadang waitress café itu. Rico terburu mengambil uang dari dompetnya. “Kembalinya, eengg”, belum selesai waitress itu berkata, Rico sudah meninggalkannya.
            “Fadaa, tenang dulu. Bukain pintunya buat gue”, pinta Rico di depan kamar Fada. “Nggak mau!”, teriak Fada. “Please, Fad. Biarin gue masuk. Gue pasti  bantu lo. Please, buka pintunya”, pinta Rico lagi. “Pokoknya nggak mau! Tinggalin gue sekarang, Ric!”, perintah Fada. “Fada, please! Gue nggak bisa tinggalin lo dengan keadaan kacau gini. Please, Fada”, Rico memelas.
            Klek, pintu terbuka. Tampak wajah Fada memerah karena tangis. “Huhuhuhuhu, Ricoooo”, rengek Fada sambil memeluk Rico. “Tenang, Fad. Dinginin kepala lo dulu. Kita cari jalan keluarnya bareng-bareng. Ok?”, ucap Rico menenangkan Fada. “Yuk, kita duduk dulu disana”, ajak Rico sambil mengelus kepala Fada.
            Dua jam berlalu, mereka membicarakan masalah ini. Keputusannya jangan menghubungi Raka dulu karena Fada masih emosi. Sedangkan Rico diam-diam ingin menghubungi Raka, tapi setelah membeli pulsa tentunya. Setelah memastikan Fada sudah tenang, Rico pamit pulang. Di perjalanan pulang ..
            Tiitiit rrr tiitiit rrr..
            Hape Rico bergetar. Telepon dari Raka, secepat angin Rico menekan tombol jawab. “Halo? Rico?”, kata suara diseberang, suara Raka. “Ya, ini gue, Rak. Lo kenapa, Rak?”, Rico tetap tenang, dia tahu Raka nggak mungkin nyakitin Fada lagipula dia juga belum dengar pejelasan dari Raka. “Jadi gini ceritanya …”, Raka mulai menceritakan duduk permasalahannya panjang-lebar. “Ooh, gitu toh. Trus solusinya?”, tanya Rico. Lagi-lagi Raka menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi. “Lo mau kan, Ric, bantuin gue ngelancarin aksi ini?”, tanya Raka diakhir penjelasannya. “Oke deh”, setuju Rico. Entah apa yang mereka rencanakan.

            Esoknya, wajah Fada masih suntuk, matanya bengkak akibat menangis semalam. Ditambah lagi, Rico tidak bida menemaninya hari ini, ada urusan mendadak sampai malam. Cowok cuma bisa bikin sebel, runtuk hatinya.
            Rico super sibuk hari ini. Semua tempat yang ditunjuk oleh Raka tadi malam di datanginya. Dia menyiapkan segalanya untuk melancarkan aksi Raka besok malam. Sekaligus Rico membelikan kado yang pas untuk Fada. Topi New York putih dengan symbol NY warna hitam di depan topi.

            Hari bahagia Fada telah tiba. “Happy birthday, Fadaaa!”, Rico menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat pada Fada. “Nih, kadonya. Buka doong. Setahu gue, itu barang paaaling lo pengen”, kata Rico. Sret sret sret, Fada membuka kado dari Rico dan memang ini adalah barang yang paling Fada ingini. Fada tersenyum, tapi matanya tampak sedih.
            “Lo masih sedih, Fad?”, tanya Rico. “Yaiya, Ric. Sebegini sakitnya yah, kalo pacar selingkuh”, curhat Fada. “Udaaah, lo jangan sedih teruus. Sekarang kan ultah lo, buang semua pikiran negatif dari pikiran lo”, kata Rico menenangkan Fada. “Sekarang kita sekolah dulu yaah, denger-denger temen sekelas pada bikin surprise buat lo. Inget, hidup lo bukan cuma berdua ma Raka. Masih ada gue dan temen-temen lain yang peduli ke elo”, lanjutnya. Fada mengangguk dan mengelap air matanya.
            Tenyata benar, jam istirahat kedua, adalah kado terindah bagi Fada dari teman-temannya. Mereka membeli kue tart besaar dengan rasa kesukaan Fada, cappucinno. Yummy .. Fada merasa sangat gembira. Benar kata Rico, hidup gue bukan cuma berdua sama Raka. Bukan cuman Raka yang bisa bahagiain gue, semua orang bisa, batin Fada senang. Maklum, Fada dan Raka beda sekolah, jadi Fada bisa sedikit tenang.
            Tiba-tiba disela makan, Rico membisikkan sesuatu pada Fada, “Ntar malem gue jemput jam 7. Pake gaun putih lo n dandan yang cantik”. Fada kaget, apa maksud perkataan Rico?, batinnya.

            Malamnya, Rico mengajak Fada di sebuah restoran mewah. Seorang waiter yang sudah mengenal Rico, mengantarkan mereka ke tempat yang sudah dipesan. Mereka sampai di sebuah balkon, betapa terkejutnya Fada. Berbagai bunga menghiasi balkon tersebut. Indah. Sebuah meja makan untuk 4 orang telah disiapkan secara lengkap. Fada bingung, untuk apa semua ini dan siapa dua orang lainnya? Aku harus bertanya pada Rico, batin Fada.
            “Emh, Rico, sebenarnya…”, belum selesai Fada bertanya, muncul seorang cowok dari rerimbunan melati, ternyata ada pintu tersembunyi disitu. Cowok dengan tuxedo dan celana putih itu membawa seikat mawar di tangannya. Dan cowok itu adalah … Raka. “Hah? Raka?”, kaget Fada. “Kenapa lo?”, tanya Fada sambil menunjuk Raka. Raka dan Rico langsung menyanyi.
            Happy Birthday, Fada
            Happy Birthday, Fada
            Happy Birthday Happy Birthday
            Happy Birthday, Fada
            “Ja, jadi semua ini, lo yang..”, Fada masih kaget. “Iya, Fada. Ini semua kado buat kamu, orang yang paaling aku sayang”, kata Raka. “Trus, cewek itu..”, tanya Fada yang seketika wajahnya berubah muram. “Ooh itu. Keisya, udah waktunya lo keluar nih”, ucap Raka dengan suara agak keras. Dari pintu tersembunyi itu muncul cewek imut dengan gaun merah. Sangat menawan. Fada dan Rico membelalakkan mata.
            “Kenalin Keisya, sepupu paling centil di keluarga gue”, ujar Raka. “Dia nih, yang angkat telepon dari Fada tempo hari. Pake ngaku-ngaku pacar gue segala lagi. Dasar centil!”, jelas Raka lagi. Fada dan Rico hanya mengatakan ooh. “Minta maaf gih, ma Fada. Lo udah bikin dia nangis”, suruh Raka pada Keisya. “Fad, maapin gue yak? Gue nggak maksud nyakitin lo. Suer deh”, kata Keisya. “Iya, Kei, lo udah gue maafin. Hehehe”, ucap Fada.
            “Emh, Kei. Kenalin gue Rico. Sahabat mereka berdua”, gantian Rico memperkenalkan diri. Rico dan Keisya berjabat tangan, lama. Lama sekali. “Woi, jangan lama-lama. Lo naksir sepupu gue, Ric? Pasti! Pasti gue ijinin. Kalo perlu gue yang comblangin, Ric! Dia sering nyuruh gue nyeritain lo looh”, canda Raka. “Ah, Raka apaan sih? Ayo, kita makan sekarang, keburu dingin tuh”, ajak Keisya. “Alaaah, bilang aja lo malu, Kei”, ejek Raka. “Hahahahahahaha”, mereka semua tertawa bersama. Keakraban mereka terus berlanjut ketika makan.
            Dan pulangnya…
            “Rak, Fad, gue anterin Kei pulang yah. Byee”, kata Rico ketika sampai di dekat mobilnya. “Iya deeh, yang lagi jatuh cintaa”, canda Fada. “Hehehehe, kok tau sih?”, sahut Rico. “Ricoo, apaan sih lo? Bikin malu deh”, kata Keisya. “Udah ya, kita pulang dulu, bubye all”, pamit Keisya. “Bye”, jawab Raka dan Fada bebarengan. “Ayo, Fad, masuk”, ajak Raka. Drrrrn … Mobil Raka pun melaju menuju rumah Fada. mereka mengobrol sambil tertawa.
            Sampai di depan rumah Fada, Raka tiba-tiba menggenggam tangan Fada. “Fada sayang, maaf. Aku udah bikin kamu khawatir, udah bikin kamu nangis, udah bikin kamu sedih. Aku nyesel banget dan aku bener-bener minta maaf dari hati terdalamku”, kata Raka dengan serius dan muka memelas. “Iya, Raka sayang. Aku udah nggak marah lagi sama kamu. Lagian tadi kan Keisya juga udah minta maaf. Dia keliatan nyesel banget loh”, ucap Fada. Raka mengangguk dan tersenyum.
            “Ini kado sebenernya buat kamu. Semoga kamu suka, Fad”, kata Raka sambil menyerahkan kotak persegi yang diambil dari dashboard mobilnya. “Buka deh”, suruh Raka. Sebuah kalung dengan bandul berlian berbentuk hati. “Rak, aku suka banget. Tapi, ini terlalu berlebihan”, kata Fada. “Kalo buat kamu dan aku sanggup ngelakuin, pasti aku lakuin, Fad. Ini bukan apa-apa kalo dibandingin sama cintaku ke kamu”, gombal Raka, serius. “Aah, dasar tukang gombal!”, ejek Fada.
            “Sini, aku pasangin. Aku pengen liat kecantikanmu bertambah kalo pake kalung ini”, kata Raka. Selesai memakaikan kalung, tiba-tiba Raka memegang dagu Fada. Wajah mereka berdekatan, berciuman. Ciuman pertama mereka. Akhir dari kisah ini.

By : oplehgoday
@Kota Pojok Timur Jawa Timur
070112-080112 :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

semoga amal menyenangkan diriku diterima :) amin :D